Unjuk Rasa Indonesia Gelap Berujung Ricuh; Petasan dan Molotov Dilempar ke Polisi

Indonesia Gelap Berujung Ricuh

JAKARTA – Unjuk rasa yang berlangsung di berbagai titik di Jakarta pada hari Senin (19/02/2025) terkait dengan gerakan “Indonesia Gelap” berujung ricuh setelah sejumlah demonstran melemparkan petasan dan molotov ke arah petugas kepolisian. Aksi yang semula dimaksudkan sebagai protes damai untuk menuntut transparansi pemerintahan. Terkait kebijakan energi dan listrik ini berubah menjadi kekerasan, menyebabkan ketegangan yang signifikan di ibu kota.

Aksi unjuk rasa dimulai sejak pukul 09.00 WIB, dengan ribuan massa yang berkumpul di kawasan Monas dan sekitaran Istana Negara. Para peserta, yang sebagian besar terdiri dari mahasiswa, pekerja, serta beberapa kelompok masyarakat sipil. Menyuarakan kekecewaan mereka terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan rakyat kecil. Terutama terkait dengan harga energi dan listrik yang semakin mahal.

Aksi Berubah Ricuh, Petasan dan Molotov Dilempar ke Polisi

Awalnya, aksi unjuk rasa yang tergabung dalam gerakan Indonesia Gelap” berlangsung tertib, dengan peserta membentangkan spanduk dan meneriakkan berbagai tuntutan. Namun, situasi berubah menjadi kacau ketika kelompok yang lebih kecil di tengah massa mulai melemparkan petasan ke arah polisi yang berjaga di sekitar Istana Negara.

Tidak hanya petasan, massa yang semakin tidak terkendali juga melemparkan bom molotov, yang menyebabkan beberapa kendaraan milik kepolisian terbakar. Beberapa petugas kepolisian terluka akibat bentrokan yang terjadi, meskipun jumlah pasti korban masih dalam proses verifikasi.

Kapolda Metro Jaya, Irjen Mohammad Fadil Imran, mengonfirmasi kejadian tersebut dalam konferensi persnya. Ia menyatakan, “Kami sangat menyesalkan tindakan anarkis yang dilakukan oleh segelintir individu. Kami tidak akan membiarkan kekerasan dan tindakan provokatif seperti ini merusak tujuan dari protes yang seharusnya disampaikan dengan cara damai.”

Sejumlah petugas dari pihak kepolisian langsung melakukan tindakan tegas dengan menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa. Sementara itu, aparat keamanan juga melakukan upaya pengamanan dengan menutup akses jalan menuju Istana Negara.

Penyebab Aksi: Tuntutan Transparansi dan Harga Energi

Gerakan “Indonesia Gelap” dimotori oleh berbagai kelompok yang merasa dirugikan oleh kebijakan pemerintah dalam sektor energi. Kenaikan tarif listrik dan harga bahan bakar minyak (BBM) dianggap sebagai beban berat bagi masyarakat. Terutama di tengah kondisi perekonomian yang belum sepenuhnya pulih pasca-pandemi.

Salah satu tuntutan utama para demonstran adalah agar pemerintah mengkaji ulang kenaikan tarif listrik dan BBM, serta memberikan kejelasan mengenai penggunaan subsidi energi yang diduga tidak merata. Para pengunjuk rasa juga menuntut agar pemerintah lebih transparan dalam pengelolaan anggaran yang berhubungan dengan sektor energi.

“Saat ini banyak keluarga yang kesulitan membayar tagihan listrik dan biaya hidup lainnya. Kami menuntut agar pemerintah lebih transparan dalam menentukan kebijakan terkait energi,” ujar Siti, seorang peserta aksi yang mengaku terpaksa ikut berunjuk rasa karena beban ekonomi yang semakin berat.

Tindakan Aparat dan Reaksi Pemerintah

Seiring dengan kericuhan yang terjadi, banyak pihak yang meminta pemerintah untuk segera melakukan langkah-langkah tegas guna menanggulangi kekerasan dalam unjuk rasa. Namun, ada pula yang menilai bahwa penyebab utama kericuhan adalah kurangnya komunikasi yang baik antara pihak pemerintah dengan kelompok masyarakat yang merasa tertindas.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam), Mahfud MD, menegaskan bahwa setiap warga negara memiliki hak untuk menyampaikan pendapatnya secara damai, namun tindakan anarkis yang terjadi dalam demonstrasi tersebut tidak dapat diterima. Ia mengatakan, “Kami mendukung kebebasan berpendapat, namun kami tidak akan mentolerir tindakan yang merusak ketertiban umum.”

Sementara itu, pemerintah mengonfirmasi bahwa mereka akan segera melakukan evaluasi atas kebijakan energi yang ada dan membuka ruang diskusi dengan para pihak yang merasa dirugikan. Pemerintah juga berencana mengadakan forum terbuka yang melibatkan perwakilan masyarakat untuk membahas masalah-masalah yang diangkat oleh para pengunjuk rasa.

Prediksi Perkembangan dan Solusi Jangka Panjang

Kericuhan yang terjadi dalam unjuk rasa “Indonesia Gelap” pada 19 Februari 2025 menjadi perhatian serius bagi aparat keamanan dan pemerintah. Dalam jangka panjang, masalah terkait kebijakan energi, terutama soal tarif listrik dan BBM, diprediksi akan terus menjadi isu yang panas.

Beberapa pengamat politik berpendapat bahwa pemerintah perlu segera merumuskan kebijakan yang lebih berpihak pada rakyat kecil dalam sektor energi. Selain itu, mereka juga mengimbau agar mekanisme komunikasi antara pemerintah dan masyarakat diperbaiki, agar potensi kericuhan serupa dapat dihindari di masa depan.

Berdasarkan pantauan, aksi-aksi serupa diperkirakan masih akan terus berlangsung, mengingat isu energi tetap menjadi masalah yang krusial. Namun, harapan dari berbagai pihak adalah agar protes dapat disampaikan dengan cara yang lebih damai dan konstruktif.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *